Prediksi Reaksi Kimia
Untuk menulis sebuah reaksi sederhana,
diperlukan beberapa peraturan yang dapat diandalkan untuk menilai arah dari
suatu reaksi kimia. Dan penilaian ini bergantung pada beberapa factor.
-
Jika
energy bebas diketahui, tidak ada masalah dalam prediksinya.
-
Jika
hanya perubahan entalpi yang diketahui, prediksi biasanya berlaku untuk suhu biasa
tetapi jauh kurang dapat diandalkan untuk suhu yang lebih tinggi.
-
Jika reaksi terjadi dalam larutan dan
potensial oksidasi dari spesies yang terlibat diketahui,
maka prediksinya relative
simple dan potensial demikian dapat mengarah pada kemungkinan reaksi dalam
ketiadaan pelarut.
-
Jika konstanta kesetimbangan diketahui,
hubungan, G = - RH ln K
memberikan perubahan energi bebas.
Atau reaksi pada suhu
biasa di mana perubahan entropi tidak diharapkan menjadi besar, kekuatan ikatan
relatif dalam reaktan
dan produk dapat diperkirakan sebagai panduan untuk jalannya reaksi. Atas dasar
tersebut, dapat digunakan aturan
ini:
Prinsip
23 ;
reaksi cenderung berlangsung dimana orbital ikatan dan electron-elekton yang
dapat digunakan bersama tersedia dan
memungkinkan interaksi tarik- menarik antar atom-atom
Dimanapun electron memungkinkan untuk
dapat berbagi maka itu selalu berlangsung dengan perubahan energy. Kita mungkin
dapat memprediksikan dengan yakin bahwa semua atom yang dimiliki atau orbital
luar yangkosong akan bergabung pada batas atau kemampuan dibawah rata-rata baik
itu elemen yang sama atau elemen yang berbeda. Hanya elemen-elemen yang atom-atomnya
tidak tergabung dibawah kondisi normal adalah atom-atom yang tidak mengandung
kekosongan energy luar yang rendah mereka inilah yang disebut unsure –unsur
iner atau golongan helium.
Tipe atau reaksi yang sering digunakan
sebagi prediksi bergantung pada:
-
Sintesis
Kombinasi
langsung dari unsure atau senyawa
-
Subtitusi
Pemindahan satu
unsure atau senyawa dari kompleks oleh unsure atau senyawa yang lain.
-
Metatesis
Komposisi
rangkap atau pertukaran pasangan.
Sintesis
ketika semua unsure hampir berbeda dalam
keelektronegatifitas, ikatan antara dua unsure yang berbeda cenderung selalu
polar. Ikatan polara cenderung sangat kuat dari pada ikatan non polar. Ikatan
antar dua unsur yang berbeda cenderung sangat kuat rata-rata atau ikatan dalam
unsure bebas. Panas pembentukan senyawa binar sangat besar sehingga negative
(eksoterm), dan pada umumnya lebih besar perbedaan keelektronegatifitas dan
hasil kepolaran ikatan.
Prinsip
24:
dua unsure dapat berikatan jika ikatan yang dibentuk lebih kuat dari pada
rata-rata ikatan dalam keadaan bebas.
Contohnya reaksi antara Cl2
dan P. Cl2 dalam keadaan stabil memiliki energy atomisasi 29 kk/gr
atom. Atom fosfor bergabung dalam kumpulan molekul yang besar dimana tiap-tiap atom bergabung pada 3
ikatan kovalen yang berbeda dimana kekuatan panas atau atomisasinya sekitar
80kk/gr atom. Namun dengan mudah diputus oleh molekuk PCl3. Panas
pembentukan PCl3 adalah 26 kkal/ek. Perbedaan tetap kecil, jika
semua P dan Cl2 yang atom-atomnya secara terpisah seperti gas yang
monoatom, akan bergabung bersama membentuk P(s) dan Cl2(g) ,
atau berikatan membentuk molekul PCl3.
Ketika atom-atom dalam senyawa
masing-masing mempertahankan kekuatan untuk tetap bersama, bentuk senyawa akan
menghasilkan ikatak-iktan sangat kuat kuat jika cukup polar. Factor yang sama
mempengaruhi tungsten, misalnya, memilki panas atomisasi yang sangat tinggi
yang memungkinkan unsure membentuk senyawa polar yang sangat stabil, sehingga
energy yang hilang dalam memisahkan atom tungsten sangat besar dari pada
pengambilan kembali energy ketika bergabung dengan atom-atom seperti halogen.
Namun ketika unsure-unsur memiliki
keelektronegatifitas yang sama, maka ikatan antara unsure-unsur yang berbeda kepolarannya
akan lemah dan jika kuat tidak harus sangat kuat dari masing-masing unsure.
Misalnya, pada oksida-oksida dari N tidak dengan mudah terbentuk dengan
perbandingan yang mana tidak stabil. Panas pembentukan mengikuti NO = 21,6 ; NO2
= 8,1 ; N2O =19,5 ; N2O3 = 20,00 ; N2O4
= 2,30 ; dan N2O5 = 3,6 kkal/mol.
Prinsip
25.
Dua molekul atau ion cenderung bergabung jika satu pasang electron luar dapat
dibagikan dengan atom yang mempunyai orbital kosong.
Paada reaksi dengan nomor atom yang
sangat besar diketahui tipe reaksinya. Hal ini mencakupi susunan linear semua
molekul pada penambahan komponen, bergabungnya dua komponen sederhana membentuk
komponen komples, dan polirimesasi adisi ( tipe ini berlansung dengan
penambahan molekul bersama, tanpa adanya spiliting beberapa psroduk lain).
Prinsip ini lebih mengarah pada penggabungan yang relative stabil.
Contoh
CaO
+ SO3 → CaSO4
CaO merupakan unsure yang sangat stabil,
dengan panas atomisasi 254 kkal/mol. Namun dengan memiliki parsial negative
yang relative tinggi, sehingga O pada CaO termasuk potensial donor yang baik.
Tiga O yang terikat pada S, memiliki kemampuan donor yang kurang, namun cukup
untuk membiarkan S terikat pada CaO. Akibatnya, O negative berikatan dengan S
membentuk SO4. Panas pembentukan standar CaSO4 adalah 342
kkal/mol, berbeda dengan CaO 152kkal/mol, dan SO3 95kkal/mol, jika
dijumlahkan hanya 247 kkal/mol.
Pada umumnya semua oksida bermuatan
negative efektif sebagai donor yang mana menyediakan electron untuk aseptor.
Aseptor harus memiliki daya tarik electron-elektron yang tinggi dari pada atom
positif pada oksida donor. Misalnya, Na (muatan 0,40) dalam NaO2
untuk menerima electron dari O pada CaO akan lebih tertarik ke arah Ca karena
Ca memilki muatan 0,57 sehingga memiliki daya tarik yang kuat dari Na. di
samping itu tidak aka nada penggabungan dua oksida seperti pada N2O5
dan SO3 karena tak ada satupun O yang cukup negative sebagai
pendonor yang efektif.
Akhirnya, diakui oksida amfoter seperti air
dapat berperan sebagai donor dan aseptor dalam suatu reaksi, bergantung pada
karakter oksida lain. Reaksi ini cenderung terjadi antara halide(khususnya F)
dan sufida, dengan sulfide sebagai logam dan halide non-logam. Contohnya, pada
pembentukan kompleks halide dan sulfide.
CaCl2
+ 6 H2O → CaCl2.6H2O
Reaksi jenis
ini tergantung pada kemampuan O pada air untuk memberikan electron-elektron,
lebih baik dari pada ion klorida, dengan asumsi sebelumnya O memilki pasangan
electron lebih banyak dari pada ion klorida. Molekul air dapat berikatan dengan
ion kalsium. Reaksi yang serupa tidak akan berlangsung dengan kcl karena K
dengan ukuran yang besar dan muatan inti yang lemah, sehinggga kurang efektif
sebagai pengikat electron-elektron.
Semua reaksi
sintesis dan adisin berlangsung dengan pengurangan entropi dan karena itu kurang
mampu berlangsung dengan penambahan suhu. Pada suhu tinggi dimana entropi
melampaui entalpi, sehingga lebih cenderung terjadi reaksi dekomposisi.
Substitusi
Hubungan
antara kepolaran ikatan dan kekuatan ikatan dapat digunakan hanya pada
perkiraan umum karena mengabaikan factor lain seperti tataan ikatan dan panjang
ikatan. Sehingga, prinsip ini dapat digunakan sepenuhnya ketika factor lain
tidak bervariasi secara luas. Khususnya, kekuatan keelektronegatifitas suatu
unsure jika besar maka akan cenderung bermuatan negative yang tinggi. Pada
dasarnya, deskripsi prinsip ini cenderung ke kekuatak keelektronegatifitas
untuk pergantian unsure yang memiliki keelektronegatifitas lemah dari komponen
tersebut dengan peenyedia elektron. Tingkat kekuatan keelektronegatifitas dapat
dilihat pada: I<Br<Cl<F. atau dengan konversi lain yaitu hidrida,
sulfide, bromide, nitride, dan iododa dengan pemanasan dalam air.
Prinsip
26.
Sebuah elemen cenderung berpindah ke lain dari sebuah senyawa jika lebih dari 1
ikatan polar di hasilkan.
Secara tidak langsung prinsip ini
mendeskripsikan pertukaran tempat antara logam kurang aktif dengan logam sangat
aktif. Sebagai contoh, Na dapat mengganti Al dari pada Cl dan, lebih banyak dan
sangat mudah mengganti H dari air. Namun ini hanya telihat menyiratkan aksi
positif dari Na. hal ini sangat akurat untuk mengenali kecenderungan perwujudan
dari kaporit dan O untuk memiliki muatan negative yang tinggi.
Metatesis
Metatesis disebabkan ikatan polar yang
biasanya merupakan ikatan yang paling kuat. Hal ini harus memenuhi: (1) ikatan
polar yang paling banyak adalah tidak harus sangat kuat meskipun sering kali
sangat kuat, (2)reaksi tidak harus terjadi pada ikatan yang paling kuat atau
senyawa paling stabil, karena terkadang energy bebas dapat dilepaskan ketika
senyawa sangat stabil dan senyawa yang kurang stabil terjadi pertukaran muatan
untuk membentuk dua senyawa baru dengan kestabilan antara namun di atas
rata-rata dari reaktan. Namun kaidah ini sangat bermanfaat meskipun terbatas
untuk banyak jenis muatan kimia yang sangat penting.
Prinsip
27.
Kecenderungan yang besar adalah untuk
reaksi-reaksi metatesis untuk membantu susunan dari kebanyakan ikatan polar.
Beberapa contoh sintesis senyawa
organologam dari halide dengan logam-logam yang sangat elektronegatif dan
senyawa organologam dengan logamyang sangat aktif.
HgCl2
+2CH3MgCl → Hg(CH3) + 2MgCl2
Ikatan yang sangat polar terdapat antara
Mg dan Cl, dengan muatan Cl -0,17 dalan HgCl2 dan -0,34 dalam MgCl2.
Hidrolisis senyawa binary ini umum, non logam dengan elektronegatif rendah
nonlogam atau logam.
NaH + H2O
→ 2NH3 + NaOH
Osigen
adalah unsure dengan elektronegatif sangat besar menjadi sangat negative dalam
OH- (-0,67) dari pada dalam H2O (-0,25). Ikatan Mg-O
sangat polar.
Mg3N2
+ 6H2O → 2NH3 + 3Mg(OH)2
adakah perbedaan yang ditunjukkan dalam reaksi metatesis ketika energy bebas yang dilepaskan dalam keadaan sangat stabil dan energy bebas yang dilepaskan dalam keadaan kurang stabil ?
BalasHapus